Coronavirus vs Positivity
(Image: Shutterstock/woocat)
I would've never expected nor imagined 2020 to be this way. 2020 is such a rollercoaster year and it's been just 4 months..
Hampir setiap orang di dunia merasakan dampak dari pandemi ini. Banyak rencana di tahun 2020 ini yang terpaksa harus tertunda atau bahkan dibatalkan. Dari segi pekerjaan, ada banyak orang yang terpaksa harus kehilangan pekerjaannya; ada yang harus 'dirumahkan' untuk waktu yang tidak tentu; ada yang masih dianggap 'beruntung' karena dipotong gajinya; ada pula yang lebih beruntung karena masih bisa mendapatkan gajinya secara utuh. The uncertainty caused by this pandemic really affecting everyone.
Pekerjaan saya juga terdampak. Meskipun sulit, saya harus tetap bersyukur karena setidaknya saya masih punya pekerjaan dan bisa kerja dari rumah. Tidak semua orang punya privilege itu dan tidak semua jenis pekerjaan bisa bekerja dengan sistem WFH (Work From Home) dan bisa bekerja di belakang komputer/laptop. Sebagian harus tetap keluar rumah dan bekerja seperti biasa. During this pandemic, not everyone has the luxury of staying at home and a job to keep the food on the table.
Melihat situasi sekarang, memang jauh berbeda dari sebelumnya. Seperti kita tahu banyak orang yang harus kerja dan sekolah dari rumah, keluar rumah kita harus pakai masker, di luar rumah harus jaga jarak atau social/physical distancing, cuci tangan juga jadi lebih rajin dari biasanya. Selain itu, interaksi sosial dengan teman atau keluarga juga jadi terbatas, tidak ada salam-salaman, dan ibadah juga dilakukan di rumah. It's not easy for everyone and we all want to go back to our normal life.
Tahun 2020 memang tahun yang berat untuk semua orang. Melihat semua berita dan kabar terkait coronavirus belakangan ini terkadang membuat kita resah, sebagian orang justru jadi lebih waspada, dan tidak sedikit juga yang malah menjadi panik dan melakukan hal bodoh. Tapi masih banyak juga orang baik di luar sana yang mau gotong royong membantu orang lain dengan caranya masing-masing seperti mengumpulkan donasi atau bahkan bekerja secara sukarela untuk membantu meringankan beban sebagian orang yang terdampak karena pandemi ini.
Saat kehidupan mulai berubah akibat pandemi, sebagian orang memang akan cenderung mengisi energi negatif dalam diri. Berita-berita di media sosial tentang bagaimana pemerintah menanggapi masalah pandemi ini, dan juga pemberitaan tentang tingkah atau statement blunder beberapa authority figures di tengah situasi seperti ini, memang terkadang membuat kita kesal dan marah. Mengeluh itu wajar. Kesal dan marah itu manusiawi. Tapi sewajarnya saja. Jangan sampai kita lupa bahwa masih banyak hal-hal kecil yang masih harus kita syukuri setiap harinya.
Kalau kita masih punya pekerjaan, masih punya makanan di dalam kulkas, masih punya banyak pakaian untuk dipakai, masih punya tempat untuk tidur, itu artinya masih banyak sekali hal-hal yang bisa disyukuri. Sebagian orang bahkan tidak punya itu semua dengan atau tanpa adanya pandemi ini.
Tanpa disadari, kita mulai mengubah pola kebiasaan kita dengan lebih mementingkan kesehatan dan kebersihan, dan kita jadi lebih rajin berolahraga untuk meningkatkan stamina tubuh. Kita lihat sekarang banyak orang jadi tahu etika batuk dan bersin di ruang publik (yang sebelumnya mungkin kurang peduli). Kita jadi lebih rajin cuci tangan dan tidak sembarangan pegang area wajah. Sebelumnya mungkin kita kurang peduli akan kesehatan tubuh kita sendiri.
Dengan adanya social distancing juga menyadarkan kita bahwa manusia memiliki hidup yang berharga. Kita jadi lebih menghargai hubungan kita satu sama lain dan saling menjaga. Kita juga jadi sadar betapa nikmat sebelumnya kita bisa berinteraksi sosial secara langsung, berpelukan dengan orang yang kita sayangi, bersalaman dengan orang lain, dan juga beribadah bersama-sama. Mungkin ini cara Allah mengingatkan kita untuk selalu bersyukur.
Kita juga harus bersyukur karena Allah masih memberikan umur untuk kita bertemu lagi dengan Ramadan tahun ini, meskipun dalam kondisi yang sulit seperti sekarang. Sebagian orang mungkin tidak bisa mudik lebaran tahun ini untuk kumpul bersama keluarga. Tapi dengan memilih untuk tidak mudik, kita justru peduli dan sayang pada keluarga kita di rumah. For now, this is the best that we can do for them.
Melihat beberapa poin di atas, rasanya egois kalau masih juga tidak bersyukur. But the truth is, you can’t always make someone feel better or happier by just telling them to "look on the bright side" or "be thankful". This COVID-19 situations really hit me. It affects me (and a lot of people), mentally and emotionally. I do realize if we only focus on the negative things, it won't even make this easier. I know it's much easier said than done. I'm trying too. I'm still trying, cause maintaining positivity is actually a daily challenge (you can see that I grumble a lot on Twitter). But I believe that we will get through this.
Postingan ini juga tidak berusaha untuk membuat kita pasrah saja akan keadaan. Kita harus tetap jaga kesehatan, jaga jarak, patuhi aturan yang diberlakukan, syukuri hal-hal kecil yang bisa disyukuri, dan jangan lupa doakan mereka yang berjuang di tengah pandemi ini. Kita juga harus dukung kebijakan pemerintah kalau memang baik, dan kritik jika memang ada yang harus dibenahi.
But.. I'm not telling you to always have a positive outlook in life, all the time. Sometimes accepting difficult emotions helps us with coping and decreasing those emotions. It’s also important to acknowledge, embrace, and listen to our emotions, so that you can train your mind to see things more positively. You don’t need to pretend to be happy when you’re actually not. Suffering and sadness are also part of life.
I hate seeing the concept of toxic positivity on social media that only focusing on so-called positive things and rejecting anything that may trigger negative emotions. Stop saying "jangan bisanya cuma salahkan pemerintah dong" or even "kita nurut aja sama pemerintah". That is just you, ignoring the fact that we're not okay right now. For instance, instead of telling someone “during this hard time, we have to stay positive!”, you could just say “I know this sucks. I’m sorry that you’re going through this.”. It’s pretty normal to have some negativity once in a while, especially in this situation.
Kalau memang pemerintah menerapkan kebijakan yang kurang tepat atau ada kekurangan, ya kita kritik dan evaluasi sama-sama. Kita boleh contoh kesigapan dan kebijakan negara lain tanpa perlu membanding-bandingkan karena setiap negara mempunyai kesulitan dan tantangannya masing-masing. Kita kawal terus kerja pemerintah dalam menghadapi pandemi ini karena ini menyangkut hidup orang banyak. Sementara itu, kita juga harus percaya pasti ada hikmah yang bisa kita petik dari semua ini. Allah tentu punya caranya sendiri untuk membuat alam ini dan manusia yang tinggal di dalamnya 'beristirahat' sejenak dari kesibukan dunia.
Only God knows when this will be over. Let's hope and pray to God so that this pandemic would end, and may God protect the world, especially this country from all kinds of illness. Aamiin.
Comments
Post a Comment