Tes Alergi

Sering bersin-bersin secara terus menerus? Tiba-tiba hidung mampet? Mata gatal dan berair? Kulit tangan dan kaki muncul ruam merah? Ini bisa jadi gejala awal alergi.

Saya selalu tahu kalau saya punya alergi, tapi tidak pernah tahu apa penyebabnya. Beberapa tahun terakhir, saya selalu mengalami gejala alergi setiap pulang ke Bandung. Jadi selama ini berasumsi kalau saya alergi terhadap cuaca dingin. Tetapi gejalanya tidak pernah separah beberapa bulan yang lalu, padahal saya tidak sedang di Bandung. Jadi kemungkinan bukan karena alergi cuaca dingin. Daripada penasaran, akhirnya saya memutuskan untuk tes alergi.

Sejak bulan Maret lalu, saya WFH dan tidak pergi ke kantor sama sekali. Kerja pun tidak selalu full dalam satu minggu. Sisi positifnya saya jadi lebih punya banyak waktu untuk memperhatikan kesehatan dan lebih leluasa untuk pergi mengurus ini itu di hari kerja. Setidaknya dengan melakukan tes alergi saya jadi tidak penasaran lagi kalau saya ini sebenarnya alergi apa saja. Selain itu, jadi bisa lebih melakukan usaha preventif agar reaksi alergi tidak sering muncul.

Sebagai informasi awal, ada dua penyebab utama alergi yaitu alergen hirup dan alergen makanan. Alergen adalah istilah untuk zat pemicu alergi. Tes alergi yang umum dilakukan dokter adalah skin prick test (tes tusuk kulit), skin patch test (tes tempel kulit), dan tes darah (radioallergosorbent test). Kita memang boleh pilih mau melakukan jenis tes yang mana, tapi lebih baik konsultasikan dulu dengan dokter untuk mengetahui jenis tes mana yang sesuai dengan kondisi tubuh kita.

Sebagai contoh, skin prick test tidak boleh dilakukan jika kita mempunyai penyakit kulit tertentu atau saat kita sedang mengalami gejala alergi. Sedangkan tes darah bisa dilakukan kapan saja. Untuk masalah waktu, skin prick test hasil tes-nya bisa keluar saat itu juga, sedangkan hasil dari tes darah biasanya baru akan keluar beberapa hari setelah tes.

Tes alergi dengan sampel darah umumnya ada dua jenis, yaitu tes alergi IgE total dan IgE Atopy. IgE total biayanya lebih murah karena dilakukan hanya untuk mengetahui ada kemungkinan alergi atau tidak. Sedangkan IgE Atopy lebih spesifik dan bisa mendeteksi kita alergi terhadap jenis alergen apa saja. Tes alergi dengan sampel darah memang terbilang akurat dan aman dilakukan bahkan untuk anak-anak atau ibu hamil. Kita juga tidak perlu melakukan persiapan khusus sebelum menjalani tes alergi jenis ini.

Saya memilih skin prick test karena lebih mudah dilakukan dan hasil tes-nya bisa langsung keluar setelah tes. Selain itu, ditusuk jarum tidak akan terlalu sakit jika dibandingkan suntik tes sampel darah dan tentunya harga juga lebih murah. Tes jenis ini juga dianggap sebagai metode terbaik untuk menentukan alergi hirup seperti debu, bulu hewan, dan serbuk sari. Kekurangannya memang kita harus melakukan persiapan khusus sebelum menjalani tes.

Tes alergi biasanya bisa dilakukan di laboratorium, klinik, atau rumah sakit yang tersedia poli alergi dan asma. Perlu diingat juga bahwa jumlah alergen yang diujikan bisa berbeda-beda di setiap tempat tes.

Saya melakukan tes alergi di Klinik dr. Indrajana. Klinik utamanya berlokasi di daerah Tanah Abang dan mereka punya beberapa cabang di rumah sakit di Jakarta dan Bandung. Saya melakukan tes alergi di cabang RS. dr. Suyoto karena dekat dari rumah. Untuk cek jadwal praktek, dan tanya-tanya kalian bisa contact ke Whatsapp center mereka di nomor: +62 816-1447-119 atau kunjungi website: https://klinikdrindrajana.com/

Biaya skin prick test di Klinik dr. Indrajana adalah Rp1.000.000 untuk 33 alergen dan hasilnya bisa diterima saat itu juga. Sedangkan untuk tes darah biayanya Rp1.500.000 untuk 54 alergen dan hasilnya bisa keluar dalam 1-2 hari. Biaya tersebut di luar konsultasi dokter (sekitar 200-300 ribu).

Sebagai perbandingan, di Laboratorium Kimia Farma biaya untuk tes darah adalah Rp1.700.000 (IgE Atopy) untuk 58 alergen dan Rp460.000 untuk IgE total. Konsultasi dengan dokter lab tidak dikenakan biaya.

Untuk melalukan skin prick test, tubuh kita harus dalam keadaan sehat, sedang tidak mengalami gejala alergi, dan dalam seminggu terakhir sedang tidak mengonsumsi obat-obatan atau minuman herbal. Jika kita belum siap untuk melakukan tes jenis ini, kita harus melakukan persiapan khusus yaitu dengan mengonsumsi semacam obat untuk reaksi alergi selama kurang lebih seminggu sebelum hari tes. Selain itu, tidak boleh meminum obat lain selain obat tersebut.

Skin prick test dilakukan dengan menusukkan jarum steril ke dua tangan kita dengan cairan/ekstrak dari beberapa alergen untuk melihat reaksi kulit kita terhadap alergen-alergen tersebut. Tangan kanan akan ditusukkan dengan alergen hirup (12 tusukan), sedangkan tangan kiri untuk alergen makanan (21 tusukan). Setelah 15-20 menit, dokter akan mengamati reaksi yang timbul (bengkak, kemerahan, atau gatal) dan akhirnya kita bisa mengetahui kita alergi terhadap zat apa saja.

Hasilnya, saya alergi terhadap debu rumah, tungau, serpih kulit ayam/burung, serpih kulit kuda, dan serbuk sari rumput. Untuk makanan, saya alergi kepiting, ikan kakap, tomat, wortel, dan gandum. Biasanya dokter akan menjelaskan mana yang paling harus dihindari atau alergen mana yang paling tidak bisa ditoleransi. Untuk kasus saya, yang paling parah adalah gandum. Ini termasuk semua jenis protein yang ada dalam gandum seperti gluten yang biasanya ada di makanan yang mengandung terigu seperti roti, pasta, mie, biskuit, dll.

Ternyata dari hasil tes alergi tersebut, saya malah tidak alergi terhadap cuaca dingin atau jamur. Kata dokter, sebenarnya reaksi alergi bukan karena cuacanya, tapi biasanya disebabkan oleh jamur/lumut yang tumbuh di ruangan yang lembab dan ber-AC yang dingin. Toleransi seseorang terhadap cuaca dingin memang berbeda-beda. Jadi kalau kita mengira kalau kita alergi terhadap cuaca dingin, bisa jadi kita sebenarnya hanya lebih rentan saat udara dingin, sehingga reaksi alerginya bertambah parah.

Alergi umumnya dialami balita/anak-anak dan seiring bertambahnya usia, reaksi alergi pada balita/anak-anak bisa berkurang atau bahkan hilang. Meskipun ada pula beberapa orang yang sudah memiliki alergi dari kecil hingga dewasa. Sedangkan alergi pada orang dewasa umumnya tidak dapat sembuh total, meskipun reaksinya bisa berkurang. Selain itu, alergi juga bisa terjadi karena faktor genetik (bawaan). Jadi, seorang anak akan lebih berisiko mempunyai alergi, jika orang tuanya memiliki riwayat alergi.

Bahkan saya baru tahu juga ternyata reaksi alergi memang bisa muncul saat kita sudah dewasa, umumnya di atas 20-an. Ini yang saya alami, karena sebelumnya saya tidak pernah ada masalah dalam mengonsumsi makanan-makanan tersebut. Bahkan wortel adalah salah satu sayuran favorit saya dan saya sebelumnya bisa mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak.

Usaha dalam pengobatan alergi yang utama adalah dengan mencegah dan menghindari alergen, atau dengan obat anti-alergi ketika reaksi alergi timbul. Tes alergi memang tidak bisa dibilang murah, namun tes ini sangat membantu untuk mengenali apa saja pemicu alergi di lingkungan atau makanan-makanan yang perlu dihindari, sehingga kita mencegah atau mengurangi risiko yang lebih buruk.

Terima kasih sudah membaca. Semoga sehat selalu.

Comments

  1. Kalau tes IgE atopi di kimia farma bisa liat infonya dimana ya?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tes TOEFL ITP

Tes TOPIK di JIKS